Malam Memalukan di Blundell Park
Man United kembali mencatatkan sejarah kelam setelah disingkirkan oleh tim kasta keempat Liga Inggris, Grimsby Town, pada laga Carabao Cup musim 2025/2026.
Bertanding di Blundell Park pada Kamis (28/8/2025) dini hari, Setan Merah hanya mampu bermain imbang 2-2 di waktu normal. Laga kemudian dilanjutkan ke babak adu penalti yang berakhir dengan skor dramatis 11-12 untuk kemenangan Grimsby Town.
Dua pemain anyar MU, Bryan Mbeumo dan Matheus Cunha, menjadi eksekutor yang gagal menuntaskan tugasnya. Hasil ini membuat Manchester United untuk pertama kalinya dalam sejarah disingkirkan oleh tim dari divisi keempat di ajang Carabao Cup.
Selain menambah luka, kekalahan ini memperpanjang tren buruk United di awal musim Premier League 2025/2026.
Amorim: “Tim Terbaik Telah Menang”
Alih-alih membela timnya, manajer Ruben Amorim justru melontarkan kritik keras. Ia menilai skuadnya sama sekali tidak menunjukkan semangat juang sebagai pemain Manchester United.
“Saya pikir malam ini, tim terbaiklah yang menang. Hanya satu tim yang benar-benar bermain dengan sungguh-sungguh di lapangan, dan itu bukan tim kami,” ujar Amorim dengan nada kecewa.
Bahkan dalam adu penalti, Amorim merasa keadilan tetap berpihak pada Grimsby. “Sepak bola malam ini sangat adil. Tim terbaik yang berhak menang memang sudah mendapatkan hasilnya,” tegasnya.
Batas Kesabaran Sudah Habis
Pelatih asal Portugal itu menegaskan kesabarannya sudah habis. Ia menyebut kekalahan ini bukan sekadar hasil buruk, melainkan mencerminkan masalah mentalitas para pemain.
“Cara kami memulai pertandingan, seolah kami tidak benar-benar ada di sini. Untuk klub sebesar Manchester United, sikap seperti ini sama sekali tidak bisa diterima,” ungkapnya.
Amorim juga memberi sinyal akan ada perubahan besar dalam skuad dalam waktu dekat. “Saya pikir ini sudah mencapai batas. Sesuatu harus segera diubah,” sambungnya.
Bukan Salah Satu Pemain, Tapi Semua
Meski Man United menggelontorkan dana lebih dari 200 juta pounds di bursa transfer, performa tim belum kunjung membaik. Amorim menegaskan masalah ini bukan hanya tentang satu atau dua pemain, tetapi keseluruhan tim.
“Ketika Anda menghadapi tim dari divisi empat, ini bukan sekadar soal kiper atau satu posisi. Ini tentang mentalitas, lingkungan, dan cara kami menghadapi kompetisi,” jelas Amorim.
Dengan nada frustrasi, ia menutup konferensi pers dengan kalimat tajam:
“Para pemain saya sudah berbicara dengan sangat keras malam ini, dan itu bukanlah hal yang membanggakan.”